Orang-orang Muda Tentang Ahmadiyah
Sejak dulu Ahmadiyah hidup tenang dan tidak terusik kehidupan beragamanya. Lalu kenapa sekarang mereka terusik? Apakah Ahmadiyah berbeda antara dulu dan sekarang? Saya kira tidak. Kalau sama, lantas apa yang membuat mereka menjadi begitu terancam eksistensinya oleh orang-orang muda Islam yang teramat bersemangat? Kita patut bertanya, Ahmadiyah yang berubah atau sikap hidup dan level kemanusiaan orang-orang muda Islam yang mengalami degradasi? Tidak mengertikah mereka tentang nilai-nilai humanisme universal?
Saya pikir orang-orang muda yang merusak tempat ibadah, membakar rumah-rumah pengikut Ahmadiyah, dan main pukul itu sama sekali tidak mencerminkan Islam mainstream! Mereka itu hanya berbeda tipis dengan teroris. Mereka menebar teror pada saudara-saudaraku Ahmadiyah. Bedanya, mereka tidak pakai bahan eksplosif sejenis mercon besar, C4 atau TNT.
Di beberapa maling-list (milis) orang-orang muda Islam saling berlomba menyebar artikel tentang Ahmadiyah. Ada yang pro dan kontra tentang FPI, pro-kontra tentang Ahmadiyah, pro-kontra tentang aliran fundamental dan moderat.
Mereka hanya ingin menunjukkan dirinya masuk dalam kategori atau kelompok tertentu dengan menyebar artikel yang menurut mereka sesuai dengan cara berpikirnya. Mereka hanya mampu menyodorkan wacana dari tokoh tertentu, dari ulama ini, ulama itu, sedang dirinya sendiri tidak punya dan tidak berani menuliskan sesuatu yang menunjukkan kemandirian sikap dan pendapatnya tentang Ahmadiyah.
Kekhawatiran orang-orang muda Islam saat ini tentang Ahmadiyah yaitu jika keyakinan dan ajaran Ahmadiyah terus berkembang dan semakin besar. Itu bukan? Kenapa khawatir tentang Ahmadiyah yang rekam jejaknya tidak pernah menunjukkan singgungan, perselisihan, dan gangguan pada umat agama yang lain termasuk Islam mainstream. Saudara-saudara kita Ahmadiyah beraktifitas, bekerja, berwirausaha, melaksanakan sholat, berzakat, mendirikan SMU PIRI di Yogyakarta. Masjid yang mereka dirikan juga menjadi sarana ibadah umat Islam yang lain.
Kenapa kita begitu menaruh curiga bahwa pengakuan mereka tentang Quran dan Muhammad adalah ungkapan di bibir saja. Toh kalau mereka tidak mengakui Quran dan Muhammad –karena meyakini dan berpedoman pada diktat lain dan nabi terakhir yang lain– mereka tetap warga Indonesia, bagian dari bangsa ini. Kalau penderita HIV/Aids yang jelas-jelas bisa menular saja tidak kita kucilkan, mengapa kita tidak adil pada saudara-saudara Ahmadiyah. Apakah mereka ‘penyakit’ menular yang ‘membunuh’ perlahan-lahan.
Saya sempat berpikir sebaliknya. Kalau saya tinggal di suatu daerah di mana status agama, suku, ras, atau ideologi saya adalah bagian yang minor, sementara bagian mayoritasnya tidak memberi saya ruang untuk hidup dengan rasa tenang dan aman, tentu saya akan memilih eksodus, pergi ke daerah lain yang menerima kehadiran saya dengan baik.
Mungkin saya akan kecewa dan sakit hati jika menjadi kaum minoritas dan karena alasan itu saya diusir dari tempat tinggal saya. Mayoritas memang lebih sering dan mudah menang, menjadi superior bagi minoritas.
Saya was-was kalau saudara saya yang Ahmadiyah tidak bisa hidup tenang dan nyaman di negeri sendiri karena kesewenang-wenangan kaum mayoritas. Saya jadi was-was kalau mayoritas Islam merasa was-was juga pada perkembangan dan penyebaran keyakinan Ahmadiyah. Akhirnya semuanya jadi was-was. Kita mau menjadi bangsa yang curiga dan was-was. Tapi kenapa baru sekarang was-was, sejak dulu Ahmadiyah hidup tenang dan tidak ada yang was-was pada Ahmadiyah. Ahmadiyah sendiri juga tidak was-was pada siapapun. Apakah orang-orang muda Islam mainstream sekarang lebih pandai dan mengerti soal agama, lebih berani menyatakan kebenaran, atau sedang ingin menunjukkan tingginya keimanan mereka lewat klaim-klaim tertentu.
Jalan menuju iman bukanlah jalan instan, lebih-lebih melalui klaim-klaim dangkal seperti itu. Seharusnya kita memiliki nilai-nilai humanisme universal, yaitu menghargai keragaman kultur, perbedaan ideologi, perbedaan pendapat, sebagai wujud kedermawanan sikap kita pada sesama manusia juga sebagai wujud tafakur dan syukur kita atas keberagaman yang diciptakan Tuhan sang Maha Kaya. Dan Islam tidak menolak nilai-nilai humanisme. Muhammad mengajarkan nilai-nilai humanisme melalui hal-hal konkret.
Silahkan baca artikel terkait:
Amien Rais: Ahmadiyah Punya Hak Hidup
Wahid Institute: Kesaksian Tragedi Monas 1 Juni 2008
Salahudin Wahid: Pembatasan Kebebasan Beragama
ICRP: Kebebasan Beragama &Melaksanakan Agama Kepercayaan Perspektif HAM
Saya pikir mereka memang (dibuat) begitu, untuk menunjukkan Islam itu terrorist. Dan kita tahu siapa yang maunya begitu.
“Insiden Monas Rekayasa Amerika” sangat mungkin benar, cuma siapa yang diongkosin itu soalnya, butuh logika.
Thursday, June 12 , 2008 at 6:28 am
Ga ada noda ga belajar (iklanbgt.com)…. Hehehe….
Dari kejadian insiden monas kemaren, saya menjadi tertarik untuk mengetahui seluk beluk ahmadiyah dan mencari berbagai macam referensi. Dan saya mendapatkan kesimpulan bahwa ajaran ahmadiyah ini tidak sesuai dengan Al-Quran dan Hadist. Bukankah Al-quran dan hadist itu sebagai pegangan umat muslim. Jadi klo tidak sesusai apakah mereka juga muslim ? Salahkah saya jika menentang eksistensi ahmadiyah ? Atau anda bisa menjelaskan bahwa ahmadiyah sesuai dengan Al-quran dan hadist ?
Solusi terbaik menurut saya, Ahamadiyah kembali mengikuti Al-Quran dan hadist atau membuat agama sendiri ? Jangan dicampur adukkan seperti sekarang ini.
Islam juga humanisme mas. Selama ini kita bisa hidup harmonis dan berdampingan dengan non muslim. Yg saya lihat ahamadiyah ini mencoba memasukkan nabi dan kitab suci baru ke dalam Islam. Nah hal itulah yang tidak bisa ditolerir sehingga terjadi konflik.
Bolehkan saya mengambil kesimpulan jika ahmadiyah ini Islam, berarti muslim di Indonesia juga harus mengakui nabi dan kitab baru tersebut ? Setujukah anda ?
Nb : Saya sangat menyesalkan kekerasan yg terjadi di monas.
LikeLike
Friday, June 13 , 2008 at 3:52 am
Orang muda Indonesia itu macam-macam, Mas… Ada yang tenggelam dalam narkoba, ada yang jadi pengemis, ada yang enak-enak bisa jalan-jalan ke Singapura tiap akhir pekan dengan duit orang tua…
Sebagian besar (jutaan) mungkin malah tak perduli dengan isu Ahmadiyah. Jutaan anak muda Indonesia pusing dan frustrasi, karena orang tuanya miskin, tak punya uang buat bayar sekolah, buat berobat ke dokter, buat makan sehari-hari, dsb….
Menjadi anggota suatu Ormas atau organisasi apapun namanya (entah itu namanya FPI, Banser NU, Pemuda Pancasila, Garda Bangsa, dsb..) itu mungkin sedikit memberi rasa identitas, rasa punya arti, punya eksistensi… Walaupun mungkin eksistensi itu (di mata kita) “semu”.
Nah, justru di sini tantangannya…. Gimana caranya agar kita bisa menjadikan jutaan kaum muda itu sebagai dokter, insinyur, wiraswastawan, dsb, jadi mereka sibuk berkarya (nggak sempat demo!)
Satrio
(mantan pemuda yang sekarang jadi buruh di industri media)
LikeLike
Saturday, June 14 , 2008 at 4:54 am
Dear Mas Ifan,
Ini pribadi pendapat saya.
Lina:
Setelah membaca beberapa buku karya Mirza Ghulam Ahmad, termasuk Tazkirah (kumpulan wahyu Tuhan kepada MGA) dan beberapa tanggapan atasnya dan membaca sejarah berdirinya Ahamdiyah sebagai suatu gerakan di India, saya berpendapat ajaran Ahmadiyah (Qadian) adalah sesat. Namun saya termasuk orang yang tidak menyetujui kekerasan meskipun itu terhadap orang yang saya anggap sesat ajarannya. Apalagi dalam kehidupan bernegara dimana kita harus mematuhi hukum yang ada. Kalaupun Ahmadiers mau menganggap saya sesatpun welcome saja buat saya. Itu sudah menjadi hal biasa dan wajar.
*****
Lina:
Dahulu, di jaman orba, rezim pak Harto tidak memberi angin sedikitpun kepada gerakan2 spt Ahmadiyah [apalagi FPI] untuk tumbuh. Meskipun belio tidak memberangus. Hanya dibuat impoten. Pak Jendral
itu berpendapat,”elo buat kacau di negara gw, gw berangus!” Sekarang ini, orang baru melek mata akan demokrasi. Pemerintahannya tidak bersikap tegas atas perundangan dan hukum yang ada. Situasi
spt ini dipergunakan dgn baik oleh orang2 termasuk oleh Pemerintah sendiri.
*******
Lina:
Saya tidak menganggap ini suatu yang konyol karena saya berusaha mengambil hikmah dan pelajaran dari keduanya. Karena ini juga merupakan fakta yang ada yang merupakan kemajuan jaman pada bidang
media. Bergantung bagaimana kita membacanya. Hanya saja saya berharap hal2 ini tidak menguras energi terlalu banyak sehingga anak muda tdk punya energi untuk berkarya yang positif lagi. Hmm ini
mungkin yang mas Ifan masuk dgn konyol ya?…:-)
Lina:
Pada akhirnya anak muda anak muda ini akan mempunyai pendapat sendiri dari pengalamannya masing-masing, bukan? Biarkan saja. Namun yang perlu dicegah adalah tindakan kekerasan dan pengurasan energi utk hal2 yg tdk perlu.
******
Lina:
Memang ada ketakutan seperti itu, nampaknya. Sebetulnya memang tak perlu. Namun, saya pernah baca di Republika bahwa kaun ahmadi ini melakukan ‘misionaris’ yang tidak elegan alias dengan “pemaksaan terselubung” dalam menarik awam agar menjadi ahmadiers. Ini yang perlu diwaspadai krn akan memicu permasalahan dalam situasi rawan spt ini.
Lina:
Kalau mereka curiga, itu karena mereka punya pengalaman sendiri. Yang terlihat oleh mata kita adalah pengalaman pemimpin ahmadiyah dengan Bakorpakem. Awalnya menyetujui, namun sesudah ditandatangani kesepakatan Ahmadiyah melanggar kesepakatan itu. Apalagi yang tidak dibuat kesepakatan. Mereka bisa bicara apa saja, dan dibelakangnya mereka bisa melakukan yang berbeda toh? Terlepas dari Ahmadiyah (karena saya tidak menyamakan ahmadiyah dan aids), Betulkah penderita HIV/Aids tidak dikucilkan?
>> Refanidea: Kan sebaiknya memang nggak dikucilkan, mbak Lina. Itu yang sedang diperjuangkan oleh temen2 aktivis semacam Baby Jim Aditya.
Lina:
Itu hak pribadi setiap orang dan itu berarti negara tidak bisa menjamin rakyatnya merasa aman dan tenteram.
******
Lina:
Kalo saol mayo dan mino, idealnya, Mayoritas (yang kuat) itu harus bisa melindungi minoritas (yang lemah). Minoritas harus tau diri.
*****
Lina:
Saya juga gak tau apa yang membuat mainstream sekarang meradang lagi soal Ahmadiyah. Apakah betul pemerintah memulainya untuk menutupi masalah BBM dan Korupsi2 lainnya? Ato memang pemerintah memerlukan kisah2 semacam ini karena menjelang pemilu sehingga perlu ada pembetukan image?. Tapi dua stream yang bertentangan memang diperlukan…:-)). Gossipnya akan ada lagi “sinetron” yang akan di buat yang bertemakan soal penggusuran rumah, seperti yang terjadi
pada perumahan2 di Meruya. Gak tau daerah mana yang akan dipilih…:-))
Lina:
Masalahnya (yang sengaja dibuat, mungkin?), Kasus Ahmadiyah ini bagi sebagian orang bukan sekedar PERBEDAAN PENDAPAT atau OPINI, tapi sudah MENODAI.Perbedaan pendapat dan opini itu tidak berakibat merobah identitas/akidah agama, namun kalau menodai itu sudah merobah identitas, sehingga Ahmadiyah tidak berhak memakai identitas Islam lagi krn sudah merubah.
Akhir kata, yang menjadi permasalahan adalah Ahmadiyah Qadian. Tidak pernah bermasalah dengan Ahmadiyah Lahore. Saya pribadi mengambil sikap bila Ahmadiyah mengucapkan syahadatain sama seperti Islam lainnya, maka mereka dalah Islam juga. Bila dalam hati, mereka menganggap bahwa dalam syahadatain mereka itu adalah MGA, itu urusan mereka dengan Allah SWT. Biarlah Allah SWT yang menghukum mereka karena ini sudah urusan hati, dimana manusia tidak bisa menilainya.
Seperti Kusplus bilang,”Hati orang siapa tauu; mungkin dia baik hanya dimuka, dibelakang dia menipu”
Sekali lagi, saya juga mengecam kekerasan dalam hal ini. Dan saya juga pengagum Nasrudin Hoja. Saya copas kan kisah beliau yang berhubungan dengan wacana yang sedang terjadi di negara ini;
PERUSUH RAKYAT
Kebetulan Nasrudin sedang ke kota raja. Tampaknya ada kesibukan luar biasa di istana. Karena ingin tahu, Nasrudin mencoba mendekati pintu istana. Tapi pengawal bersikap sangat waspada dan tidak ramah.
“Menjauhlah engkau, hai mullah!” teriak pengawal. [Nasrudin dikenali sebagai mullah karena pakaiannya]
“Mengapa ?” tanya Nasrudin.
“Raja sedang menerima tamu-tamu agung dari seluruh negeri. Saat ini sedang berlangsung pembicaraan penting. Pergilah !”
“Tapi mengapa rakyat harus menjauh ?”
“Pembicaraan ini menyangkut nasib rakyat. Kami hanya menjaga agar tidak ada perusuh yang masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah !”
“Iya, aku pergi. Tapi pikirkan: bagaimana kalau perusuhnya sudah ada di dalam sana ?” kata Nasrudin sambil beranjak dari tempatnya.
Wassalam,
LikeLike
Saturday, June 14 , 2008 at 4:58 am
Wah.. mbak Lina harusnya bikin postingan sendiri tuh hehehe… Piss…
LikeLike
Saturday, June 14 , 2008 at 2:13 pm
Assalamu’alaykum…
Maaph…mo nanggepin tapi mungkin tidak sesuai dengan penulis artikel.
Mungkin kalau Muhammad masih hidup saat ini, beliau akan marah melihat sikap yang tidak toleran ini. Beliau juga malu karena umat Islam Indonesia dipenuhi rasa curiga, was-was, dan melarang kebebasan berkeyakinan. Apakah Muhammad mengajarkan cara pandang hidup yang demikian wahai pengikut Muhammad?
Sebelumnya saya mau tanya, anda seorang muslim bukan ?(maaf jika menyinggung)
Kalau anda seorang muslim seharusnya tahu bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam mengajarkan kepada kita untuk mengikuti Al-qur’an dan As-Sunnah.
Dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah telah disebutkan jelas bahwa Al-Qur’an adalah kibat suci kaum muslimin, sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya. Lalu telah disebutkan pula dalam berbagai dalil bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam adalah akhirul anbiya.
Anda menanyakan “Apakah Muhammad mengajarkan cara pandang hidup yang demikian wahai pengikut Muhammad?”
Jawaban saya, Rasulullah mengajarkan kita untuk mengikuti jalan yang lurus berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Jadi, jika ada yang mengaku sebagai umat Islam tapi kitab sucinya bukan Al-qur’an dan mereka mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihin wa salam, saya (tidak hanya saya, para ‘ulama juga)katakan mereka sesat,termasuk ahmadiyyah.
Namun, saya juga menyesalkan tindakan umat Islam yang anarkis. Mereka yang selalu mengatakan jihad tapi berdemo, rusuh, anarkis, dll. Apakah mereka merasa mereka adalah orang yang paling baik? Atau mereka hanya ingin “tampil” di depan umum memperlihatkan ke-“islaman” mereka ?Berdemo, rusuh, anarkis tidak akan menyelesaikan masalah. Seharusnya kita itu mencari ‘ilmu terlebih dahulu. Insya allah jika kita mengenal Islam yang sebenarnya pasti kita tidak akan melakukan tindakan seperti itu.
Dan untuk masalah mayoritas, tidaklah pasti suatu mayoritas itu benar. Namun tidak pasti pula yang minoritas seperti Ahmadiyyah itu benar juga. Yang benar adalah yang berjalan di atas tuntunan Al-qUr’an dan As-Sunnah. Entah itu mayoritas maupun Minoritas. Jika mayoritas berada di atas kedua hal tersebut maka mereka berada pada kebenaran. Sebaliknya juga begitu,jika suatu minoritas berjalan di atas kedua hal tersebut maka merekalah yang benar.
Kepada penulis, bukan saya bermaksud merendahkan tapi apakah anda tahu Islam yang sebenarnya ? Yang sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para shahabat ? Jika ya, seharusnya anda tahu bahwa Ahmadiyyah dan temasuk juga aliran sesat lainnya adalah sesat. Dan setiap yang sesat kembalinya adalah ke neraka.
Mungkin sekian dulu. Maaf bila ada kata-kata saya yang tidak mengenakkan. Tapi jika anda ingin tahu hal yang benar, belajarlah. Belajar mengenai Islam,Al-Qur’an dan As-Sunnah. Insya Allah anda akan mengetahui kebenaran. Saya pun masih belajar menuju jalan kebenaran, insya allah.
Akhir kata
Wassalamu’alaykum…
LikeLike
Sunday, June 15 , 2008 at 9:49 pm
Yang lebih tepat adalah jika ajaran Ahmadiyah semakin besar maka Islam “mainstream” itu semakin kerdil. 🙂
Agama itu identifikasi. Jadi kalau ada yang “merusak” identifikasi itu dengan memberikan alternatif penafsiran dari sesuatu yang kita terima selama ini, maka yang sering muncul adalah : “agama SAYA dirusak”.
Agama dan saya akhirnya bukan sekedar identifikasi diri, tapi kepemilikan diri. Agama SAYA adalah Agama PUNYA SAYA. 😆
LikeLike
Sunday, June 15 , 2008 at 9:58 pm
ok, saya kembali berkomentar…
setelah membaca koment dari rekan rekan sekalian, saya merasa terharu tersinggung dan banyak hal yang mencuat kembali untuk kedua kali nya saya membaca ini….
inti dari islam adalah
1. percaya…kepada Tuhan YME, (Allah SWT), rasul nya ( Nabi Muhammad SAW), kitabnya (Al Quran), Malaikat-malaikatnya, Qada-Qadar, dan hari akhir( Kiamat kubra).
2. patuh…kepada semua yang sudah di syariatkan kepada kita melalui Al Quran dan As Sunnah
ketika semua itu terlaksana, toleransi beragama akan terjalin…
seperti yang dilakukan oleh salah satu sahabat rasul yang memperbolehkan kaum nasrani membangun sebuah gereja di dalam kompleks Masjidil Aqsa.
tapi penyimpangan (penodaan) agama merupakan sebuah hal yang sangat sulit ditoleransi. sesaat sebelum Nabi Muhamad wafat beliau masih memberikan perintah kepada sahabat untuk membunuh nabi palsu yang sebenarnya seorang penyihir…
begitu tegasnya rasulullah dalam menyebarkan Islam…
islam memang sudah sunnahkan akan terpecah belah menjadi 72 golongan (mohon doralat juka ada kekeliruan) yang benar2 ISLAM.
sedangkan ahmadiyah BUKAN islam!!!
karena tidak mengakui Rasul terakhir adalah Nabi Muhammad SAW. dan sudah barang tentu As Sunnah pun tidak akan diakui… padahal untuk berkomunikasi dengan Allah SWT adalah melalui shalat, sedangkan derakan shalat ditetapkan melalui As Sunnah.
Allah dalam Al Quran tidak menjelaskan secara rinci setiap gerakan dari shalat, maka itu disempurnakan oleh Nabi Muhammad.
sekarang mari kita menggunakan sedikit logika…
masihkah anda menganggap ahmadiyah bagian dari ISLAM YANG SEBENARNYA???
kang.semar@gmail.com
…:…:…mohon koreksi dari rekan2 muslim nilamana ditemukan kesalahan…:…:…:….
LikeLike
Saturday, June 21 , 2008 at 5:43 pm
Skedar sedikit nimbrung menanggapi..
Sepengalaman saya dari waktu saya kecil yang tinggal di kawasan “semaki cilik / semaki kulon” Yogyakarta, saya telah melihat kehadiran Ahmadiyah, bahkan kala itu terpampang papan nama “AHMADIYAH LAHORE INDONESIA” di salah satu komplek bangunan didekat stadion mandala krida. Sepengetahuan saya saat itu kehidupan beragama nyaman-nyaman saja, baik antar agama maupun yang dibawah satu “bendera” dengan beberapa alirannya. Hingga saat ini, satu hal yang saya terapkan dalam bergaul, yaitu salah satu potongan ayat dari Al Qur’an yang menyebutkan : “Bagimu agamamu dan bagiku agamaku..”. Toh Alhamdulillah saya bisa bergaul dengan enak dan nyaman dalam berbagai kalangan dan lapisan masyarakat.. .Yang menurut saya (sebagai muslim yang katakanlah awam tentang pengetahuan adanya aliran-aliran tersebut), apabila dijabarkan secara luas, kita harus saling menghormati antar pemeluk agama dan kepercayaan, juga antar pemeluk dalam satu keyakinan meski menganut aliran yang berbeda, toh pada intinya juga sama, secara vertikal, hubungan antara manusia dengan Tuhan, yang mana bagi pemeluk Islam ya Allah SWT, yang dalam “bendera” yang lain ada yang menyebutkan Gusti, Sang Hyang Widhi, Sang Pangeran, dll, namun intinya ya sama (menurut saya) berbakti kepada Sang Pencipta. Seperti halnya dituliskan dalam Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa..
Dus, menurut saya koq sebenarnya bisa-bisa saja kehidupan beragama dan ber-kepercayaan dibuat menjadi nyaman..
(Mohon maaf apabila komentar saya ada yang tidak sesuai, mohon dimaklumi sehubungan dengan keterbatasan pengetahuan saya)
LikeLike
Saturday, June 21 , 2008 at 8:54 pm
salam kenal,
nama saya Putu dan saya tertarik untuk ikut berdiskusi di sini.
Saya ada pertanyaan untuk KAng Semar,
di tulisan anda, anda menyatakan ‘sesaat sebelum Nabi Muhamad wafat beliau masih memberikan perintah kepada sahabat untuk membunuh nabi palsu yang sebenarnya seorang penyihir…
begitu tegasnya rasulullah dalam menyebarkan Islam’
Saya bertanya kepada anda, mengapa Nabi Muhammad memerintahkan pembunuhan yang notabene mengambil nyawa manusia??apakah nabi palsu itu mengancam nyawa beliau dan pengikut2nya secara langsung??
sebab jika penyebaran Agama dengan melakukan pembunuhan (mengambil nyawa manusia), saya kira itu sudah menyalahi hukum alam.
saya hanya ingin keterangan dari anda, sebab saya bukan muslim. HAnya ingin belajar sebanyak2nya dan dari mana saja.
terima kasih dan maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan
LikeLike
Friday, June 27 , 2008 at 10:34 pm
Hi Fan,
Still love your writing. Di blog gw…kita sempat ngobrolin Ahmadiyah. Kebetulan kita melihatnya secara humanis saja dan samasekali tidak berusaha mengilik2 perbedaan antara Islam Ahmadiyah dan Islam mainstream dan sebagainya.
http://www.pelopor.nl/2008/thats-odd/
Kita melihatnya secara sederhana saja bahwa pemahaman kehidupan beragama di Indonesia masih di tahap toleransi. Berusaha menghargai bahwa ada perbedaan. Tapi menerima kenapa seseorang berbeda…nah itu hal yg lain lagi.
Dan diskusi terbuka seperti yg terjadi di blog ini termasuk salahsatu sarana untuk mencoba mengerti pilihan orang lain. Hal yg lain yg mungkin harus mulai diipikirkan adalah memulai pelajaran komparatif ttg agama dan bukan sekedar pelajaran PMP (masih ada engga sih?)
Lalu pertanyaan2 seperti sampai kapan penyimpangan2 ini dibisa dimaklumi…well that’s way Indonesia negara hukum bukan? Anda tidak suka dengan Ahmadiyah, tuntut mereka secara hukum tp jangan main bakar, jangan main pukul dan jangan main bunuh. Karena tiap makhluk hidup di Indonesia (harusnya) dilindungi hukum untuk punya hak hidup dan bicara.
Terus satu lagi…karena ifan bilang soal masalah kristen yg terbagi dua…salah Fan…justru terbagi buanyak hehehe dan kalo lihat sejarah ada banyak perang antara kristen protestan (luther dan calvinist) lawan katolik lalu ada lagi katolik lawan catharan…sampai di awal thn 60-an di belanda masih ada yg stasiun tivi buat katolik ada yg khusus buat protestan.
dipikir2 pentingkah perang2 seperti ini? Engga sama sekali…karena balik2nya semuanya hanya justifikasi ego manusianya saja yg terusik yg butuh pengakuan bahwa apa yg diajarkan itu yg plg benar tanpa memerdulikan norma paling dasar sebagai manusia yaitu saling mencintai dan bukannya saling membunuh.
Seperti yg gw bilang kalo memang tidak setuju Ahmadiyah pakai nama Islam tuntutlah di pengadilan untuk mereka menanggalkan nama tsb…jadikan preseden tp jangan pakai kekerasan. Apakah kita masih hidup di jaman Barbar? dimana kekerasan boleh karena memang itu hukumnya?
Tuesday, July 1 , 2008 at 3:54 pm
Hemmm…unitarian….pernah dengar tp engga terlalu banyak tahu mengenai perbedaannya dengan kristen tradisional seperti katolik, lutheran atau calvinist. Apakah dengan tidak merayakan natal berarti unitarian tidak boleh memakai nama Kristen…hehehe I’m not that right person to answer it but okey let’s answer it from personal perspective of Dian saja yah.
Kalo si unitarian percaya hukum kasih Kristus (cinta Tuhan dan cinta sesama), percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan berhasil mengalahkan maut dan naik ke Sorga plus hidup seperti dalam contoh Kristus (cinta Tuhan, hidup dalam damai dan etika kristen) yah engga ada alasan untuk tidak memperbolehkan unitarian tidak memakai nama Kristen.
Sekedar tidak merayakan hari lahir Kristus saya rasa bukan cuma Unitarian saja…ada beberapa aliran lainnya yg jg tdk merayakan Kristus…lebih menekankan ke hari kebangkitan Kristus, yg merupakan tanda harapan bahwa maut, musuh manusia, dapat dikalahkan lewat percaya pada Kristus Yesus (salahsatu basis dasar iman kristiani).
Mungkin kesannya kristen permisif sekali yah 🙂 tp memang kalo melihat sejarah banyak terjadi konflik dan transformasi dalam sejarah kekristenan. Dimulai dari masa bahwa kristen dilarang di jaman romawi sampai akhirnya diakui oleh Oktavianus (kaisar Romawi) karena takut terjadi banyak pergolakan politik (disebabkan waktu itu banyak yg convert dari menyembah berhala ke kristen), kemudian lembaga gereja dibentuk lewat murid2 Kristus, kemudian gereja sendiri menjadi unik karena penyebarannya ke berbagai budaya (jadi yah kenapa tidak Jesus jadi Joko misalnya) plus ditambah peranan politik di tiap masa yg mempengaruhi tata ibadah dan terkadang penafsiran ttg ajaran Kristus. Sebagai contoh kecil, munculnya Lutheran adalah karena melawan keinginan kebijakan Gereja Katolik Roma yg saat itu ingin menambah kas gereja dengan menjual surat bebas dosa. Kesannya kalo beli surat bebas dosa bisa langsung masuk sorga.
Saat itu orang2 biasa yah percaya saja karena tidak semua orang bisa dapat akses untuk membaca Alkitab. Hanya pendeta2 saja yg boleh dan bisa baca Alkitab, bahasanya pake bahasa latin (kalo gak salah). Martin Luther kemudian menggugat si surat bebas dosa ini karena menurut penafsiran beliau, penebusan dosa adalah kado dari Tuhan bukan diperjualbelikan dan hanya bisa didapat bila si pendosa mengakui dosa, hidup baru dan percaya imani pada Kristus. Si Luther ini merupakan orang pertama yg menerjemahkan alkitab ke bahasa lain selain latin-ke bhs jerman untuk konsumsi semua orang dan bukan hanya pendeta atau bangsawan.
Boleh dibilang masa Luther ini banyak sekali pengikutnya (disebut kaum protestan) yg dibakar hidup2 sebagai kafirnya umat Kristen. Kalo Fan ke kota2 Eropa seperti Gent atau kota2 di south France tuh suka ada plakat bilang di sisi kota ini ada si anu si ani dibakar karena mbeling atas perintah raja X yg katolik (well kebetulan saat itu katolik yg mayoritas).
Tp pembakaran dan aksi2 pembunuhan ini tidak berarti selesainya reformasi penafsiran kekristenan sebagaimana yg dituntut gereja katolik roma. Setelah Luther muncul Calvinism, Anglican England (lebih berdiri di tengah2 antara katolik dan protestan), Jehovah witness, macam2 deh.
Jatuhnya…kalo tidak open-minded yah bisa2 muncul perang internal-salib hehehe tp blk lg ke konsep bahwa semua orang berhak mencari kebenaran akan konsep ber-Tuhan. Jd mungkin banget setelah baca ttg Unitarian gw bilang wah ini sih bukan Kristen menurut konsep gw diatas…tp bukan berarti gw berhak main hakim sendiri, ngamuk2 engga juntrungan toh 🙂 Kudu harus cari lebih dalam lg. Ngobrollah sama si Unitarian…toh belom tentu doi jg demen dibilang Kristen karena mungkin konsepnya dia percaya sama Jesus beda sama konsep kristen tradisionalis.
Btw…apakabarnya SMU Piri? apakah masih berfungsi? Jujur menurut gw komparatif agama ala SMU Piri itu harusnya diadopsi oleh SMA2 atau paling tidak mahasiswa2 tahun pertama atau kedua. Biar bisa mengurangi prejudice yg sebenarnya lahir dari ketidakpedulian ttg agama lain.
LikeLike
Wednesday, July 2 , 2008 at 5:52 pm
Hmm,
dulu di awal aq belajar mengenal agamaku ini,
aq mengawalinya dengan belajar aqidah,
sebagaimana yang dicontohkan oleh rasulluh bahwa sebaik-baik umat yakni para sahabat rasul (terutama 10 sahabat yang masuk surga tanpa hisab),
seiring perjalanan, sesudah aqidahku mantap,
aq belajar juga tentang manhaj,
sungguh aku bersaksi, bahwa engkau, “Refanidea” bukanlah seorang muslim yang berdiri di atas ilmu,
jika engkau muslim, maka aq malu atas pernyataanmu itu, saranku, bertaubatlah dan belajarlah…
tausyiah qu, belajarlah lagi tentang agamamu.
semoga ALLAH memberi hidayah kepadamu,…
Sunday, August 3 , 2008 at 11:05 am
Refanidea says : “tulisan saya di atas adalah opini sekaligus umpan diskusi. umpan boleh saja berupa cacing yang jelek, bikin geli, dan mungkin bikin merasa jijik. tapi cacing yang jelek dan menggelikan itu seringkali bisa bikin melek mata ikan-ikan yang ingin mangap”.
dalam kitab-kitab aqidah, (cobalah saudara baca) ada pembahasan tentang larangan berdebat dengan ahlul bid’ah, apalagi terhadap mereka yang jelas-jelas keluar dari islam!!
ku cukupkan bahasanku tentang ini denganmu,
tausyiah qu, belajarlah lagi tentang agamamu.
semoga ALLAH memberi hidayah kepadamu,…
Tuesday, August 5 , 2008 at 9:58 am
baxak banget tanggapanx..tpi sungguh msalh negara ini awalnya adlh athamahum minju’ wa amanahum min khauuf..jgn klaim dirimu islam dn yg lain tdk..berbuatlh dan brkryalh maka Allah,Rasul dan org2 mu’min akan melihat..setelh itu jika penilaian trhdapmu baik maka mereka akn ikut kpdamu.itulah dakwah bil haal..klu islam ga usah pake bilang2 saya islam dan bilng yg lainya salh krn g sprti sya!!Duh Gusti,malu!!sudah tunjukkn saja..beri contoh dulu yg bener!!bru bicara..sekarang saja kmu habiskn uangmu unk rokok!!jelas2 itu mmpercpat kematian dn g bikin kexang..mending uang buat beli rokokmu itu kmu sumbangkn k mereka yg g bisa mkan,k panti asuhan,mmbangun sekolah,bikin pabrik dn buka lapangn usaha..itu lebih brmnfaat..maka itulah ibadah.Rasul itu dakui k islamanx setelh brkarya dn kryax menjadi maslht unk seluruh alam..al-maidah ayt 3.kmu sudah buat apa?kami ini lapar dn penuh rasa takut!!yg kmrn melakukan mutilasi itu org islam!!saudaramu!!yg korupsi jga islam!!saudaramu!!yg mabuk2an dan free sex jga islam!saudaramu!kmu kmna dan dmn!!!mmbiarkn mrka djln sesat yg nyata bgtu!
Monday, August 11 , 2008 at 11:54 pm
tulisannya keren. iya tuh, saya juga heran kenapa orang-orang islam begitu getol memaksa orang ahmadiyah mendirikan agama sendiri? dalam islam, tidak ada orang atau lembaga yang punya wewenang mengusir orang dari islam…
ahmadiyah juga dibiang menodai agama islam. apanya yang ternoda coba?bukankah orang islam masih bebas meyakini apa yang mereka yakini dan beribadah sesuai keyakinananya?
penodaan agama itu konsep yang absurd dan menggelikan….
LikeLike
Tuesday, August 19 , 2008 at 10:13 pm
Kepada Saudari Lina Dahlan,
Saya tidak percaya anda sudah menelaah Ahmadiyah dari narasumbernya langsung, paling-paling anda membaca buku-buku karya Hartono Ahmad Jaiz atau Amin Jamaludin. Saran saya untuk anda, sebaiknya anda datangi Mesjid Ahmadiyah dan meminta kepada mereka buku-buku tentang Ahmadiyah, Insya Allah anda tidak akan tersesat ! Tidak benar Ahmadiyah mempunyai kitab suci tersendiri, Tadzkirah bukanlah kitab suci Ahmadiyah ! Anda salah besar. Dan sekali kali kalau anda ada waktu lihatlah siaran MTA (Moslem Television Ahmadiyah) di parabola. Di Televisi kepunyaan Ahmadiyah ini, Islam yang indah disebar luaskan ke seluruh penjuru dunia, 24 jam tanpa iklan pula ! Apalagi anda akan melihat Ahmadiyah sedang giat-giatnya mendirikan mesjid di benua Eropa dan seluruh dunia. Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah Muhammad Saw bahwa “di akhir zaman matahari akan terbit dari Barat.” artinya keunggulan Islam justeru akan terbit dari dunia Barat.
LikeLike
Friday, October 24 , 2008 at 5:09 pm
Saya Lulusan SMU PIRI 2 Yogyakarta,
Kok setelah saya amat-amati …nggak ada yang mengatakna kalau Hazrat Mirsa Ghulam Ahmad itu adalah KHALIFAH…..bukan Nabi….mungkin anda-anda yang berkomentar diatas belum membaca benar buku-buku AHMADIYAH…anda2 cuma tahu dari kabar-berita-dari mulut orang dan bukan dari buku-buku terbitan AHMADIYAH ataupun yayasan2 nya. Setahu saya HMA adalah Khalifah setelah NABI MUHAMMMAD SAW dan HMA mengakui kalau Muhammad adalah Nabi terakhir….
Saya Mohon Pelajari Dulu Ajaran Ahmadiyah…atau baca buku-bukunya baru komentar. dan saya yakin orang 2 seperti FPI adalah orang2 BODOh…yang tidak mempelajari permasalahannya….
Hei orang2 FPI Belajar DULU DONG baru KOMENTAR….
Wassalam
LikeLike
Saturday, April 4 , 2009 at 11:12 am
Assalamualaikum,
rumah saya deket masjid ahmadiyah (madiun), disekitar banyak bukan anggota ahmadiyah (mayoritas), tapi warga bukan ahmadiyah sebagiah sholatnya di masjid ahmadiyah bahkan sering terlibat kegiatan bersama, kata mereka (yang bukan ahmadiyah): sama aja tuh mulai dari nabinya (Muhammad SAW/kalo MGA katanya dianggap sebagai Masih Mauud (kata pak Kyai Masih mauud memang akan datang diakhir zaman, kira-kira sekarang sudah akhir zaman belum ya?..)), kitabnya (Al Quran, karena tiap subuh mereka dars Al Quran dan tidak ada yang punya Tadzkiroh bahkan kyai/mubalighnya), ternyata ada beberapa warga juga beljar baca Al Quran di masjidnya, puasanya (wajib: di bulan ramadhan), zakatnya (bahkan mereka rutin bayar zakat penghasilan tiap bulan yang nilainya sampai 10%, setahu saya umumnya 2,5%, ni kali yang beda), hajinya (ke mekkah; karena bbrapa orang ahmadiyah ternyata sudah haji ke Mekah), wallahu alam, hanya Allah swt yang paling tahu siapa yang sesat
LikeLike
Saturday, December 5 , 2009 at 9:58 am
Ada satu hal menarik mengenai Ahmadiyah, yang berkaitan dengan Sains modern.
Sejak abad ke-20, salah satu ukuran puncak prestasi Sains dapat dilihat pada penghargaan Nobel. Kalau melihat 500-an nama pakar peraih Nobel yang membangun Sains modern, hanya sedikit sekali yang muslim. Kalau tidak salah, cuma dua orang. Kalaupun ada yang lolos dari hitungan, totalnya tidak sampai 5 orang, di antara 500-an nama. Tidak sampai 1 persen.
Satu di antara 2 orang itu adalah prof. Abdus Salam, pakar Fisika modern terkemuka asal Pakistan yang kemudian menetap di Eropa. Karya Abdus Salam diakui sebagai salah satu sendi fundamental dalam usaha menyatukan semua hukum Fisika.
Melihat sedikitnya muslim yang berprestasi pada level setinggi itu, sewajarnya keberhasilan Abdus Salam disambut dengan gembira oleh dunia Islam. Namun karena dia pengikut Ahmadiyah, sebagian orang tidak mau merangkul prestasinya sebagai prestasi umat Islam. Batu nisan Abdus Salam mula-mula bertuliskan “Peraih Nobel Muslim Pertama”. Namun kata “Muslim” kemudian dihapus. Ironis, hanya punya 2 orang peraih Nobel, tapi bukannya gembira, malah tidak diakui.
LikeLike
Wednesday, January 12 , 2011 at 12:00 pm