karena sebelumnya kita adalah warga yang santun, rukun, dan beretika
sebelumnya, kita tak pernah begitu tajam dengan kata-kata apalagi soal agama. sekarang politik menggunakan agama sebagai senjata.
politik selalu minta dibela dengan sukarela. kemudian menghasilkan kemenangan dan uang di sisi lain. kesukarelaan kita, kadang terlupa begitu saja oleh mereka.
sayang sekali harus ada yang mengomentari ayat suatu kitab di luar kapasitasnya. sayang sekali harus ada kemarahan yang massif.
organisasi massa, tokoh agama, tokoh politik, menggunakan momentum ini, saling berlomba mencari simpati. berlomba menempatkan diri di satu kubu dengan harapan bisa ikut menikmati kekuasaan atau oposisi.
atas semua perdebatan dan perbedaan pendapat, kita tahu kemenangan dalam politik adalah kemenangan demokrasi bagi pemilik suara, bagi kontestan yang menang, atau kekalahan idealisme bagi yang cukup idealis, tapi ia lebih soal kekalahan finansial bagi penyandang dana.
di ujung semua pesta politik dan pesta pemilihan, kita hanya ingin kondisi yang aman, desa & kota yang tertata rapi, dan adanya keadilan bagi semua pihak dalam konsep yang sederhana.
tapi kita harus ingat, politik selalu mengandung unsur sementara: tidak ada kawan abadi, yang ada hanya kepentingan sejati. dengan itu, tak perlu perdebatan yang terlalu sengit soal politik atau agama. karena sebelumnya kita adalah warga yang santun, rukun, dan beretika.
@ifanidea
Leave a Reply