karena sebelumnya kita adalah warga yang santun, rukun, dan beretika
sebelumnya, kita tak pernah begitu tajam dengan kata-kata apalagi soal agama. sekarang politik menggunakan agama sebagai senjata.
politik selalu minta dibela dengan sukarela. kemudian menghasilkan kemenangan dan uang di sisi lain. kesukarelaan kita, kadang terlupa begitu saja oleh mereka.
sayang sekali harus ada yang mengomentari ayat suatu kitab di luar kapasitasnya. sayang sekali harus ada kemarahan yang massif.
organisasi massa, tokoh agama, tokoh politik, menggunakan momentum ini, saling berlomba mencari simpati. berlomba menempatkan diri di satu kubu dengan harapan bisa ikut menikmati kekuasaan atau oposisi.
atas semua perdebatan dan perbedaan pendapat, kita tahu kemenangan dalam politik adalah kemenangan demokrasi bagi pemilik suara, bagi kontestan yang menang, atau kekalahan idealisme bagi yang cukup idealis, tapi ia lebih soal kekalahan finansial bagi penyandang dana.
di ujung semua pesta politik dan pesta pemilihan, kita hanya ingin kondisi yang aman, desa & kota yang tertata rapi, dan adanya keadilan bagi semua pihak dalam konsep yang sederhana.
tapi kita harus ingat, politik selalu mengandung unsur sementara: tidak ada kawan abadi, yang ada hanya kepentingan sejati. dengan itu, tak perlu perdebatan yang terlalu sengit soal politik atau agama. karena sebelumnya kita adalah warga yang santun, rukun, dan beretika.
@ifanidea
Arifinto, Obama, & Boehner, Jadi Bahan Guyonan Vicky Vette
Ini orang iseng banget. Entah akun asli atau palsu, pemiliknya betul Vicky Vette pemain film porno atau bukan, pastinya dia seorang yang update dengan berita internasional termasuk Indonesia.
Ternyata bukan cuma Arifinto yang jadi sasaran dia,
99 Most Powerful Women
Ada tema menarik dari Majalah Globe Asia yang saya beli hampir setahun lalu. Untungnya masih ada di tumpukan majalah dan akhirnya saya baca lagi. Setahun yang lalu saya belum tahu kalau ada majalah bernama Globe Asia, sampai suatu hari muncul iklannya di sebuah koran harian dengan warna dan desain yang menarik, dan tentu saja tema yang membuat alis saya berkerut dan kelopak mata membesar: 99 Most Powerful Women.
Majalah Globe Asia edisi Oktober 2007 -terbit tiap bulan- akhirnya saya buru ke toko buku. Curangnya, harga jual majalah ini persis sesuai banderol Rp. 35.000,- padahal toko buku itu terkenal dengan harga mahasiswa, diskon 10-25%. Tapi setelah selesai membaca artikel-artikel yang menarik dan membuka sampai halaman terakhir, baru saya maklum. Oh, wajar kalau harganya 35 ribu, karena majalah ini terbit dengan bahasa Inggris dengan jumlah halaman per edisi kurang lebih 182 full-color.
Sekilas saya paparkan orang-orang di balik meja yang mengurus majalah ini. Di bawah bendera Globe Media Group dengan tag line “Powerhouse For Enterpreneurship”, tersebutlah nama Rizal Ramli sebagai Executive Chairman, Tanri Abeng sebagai Publisher, Editor In Chief S.K. Zainudin, dan lainnya.
Pada Editor’s Note, S.K. Zainudin menulis, “it will come as little surprise to most readers that our pick for the top spot is former president Megawati Soekarnoputri given the fact that she still heads the second largest political party in the country and has just announced her decision to make another run for president. The decision to put her at the top of the list, however, was not taken lighlty and was made after many hours of deliberation given the quality and intellectual heft of the other candidates.”
Opini Terakhir